Trip Toraja Terbaik dalam Sehari

IMG_3008
Kampung adat Toraja di Kete Kesu

Bagi orang-orang yang bekerja Senin-Jumat, akhir pekan menjadi saat yang tepat untuk melepas penat. Hal ini berlaku juga bagi saya yang sering mendapatkan tugas ke luar kota. Setelah satu minggu penuh bergelut dengan hari kerja, Jumat malam hingga minggu biasa saya manfaatkan untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di sekitar area kerja. Kali ini saya mendapat tugas ke Kota Makassar. Maka tanpa pikir panjang, terbersit keinginan untuk mengunjungi Tana Toraja.

Sayangnya, jadwal yang padat membuat saya dalam seminggu sama sekali tidak bisa merencanakan perjalanan dengan seksama. Tapi berhubung sudah niat, yang jelas maunya Jumat malam berangkat dari Makassar menuju Toraja. Sabtu seharian jalan-jalan, malam harinya kembali lagi ke Makassar. Pagi hari akan sampai di Kota Dhaeng, dan akan melanjutkan perjalanan pulang dengan pesawat sore harinya. Apabila lancar, Senin pagi sudah bisa kembali bekerja.

Berhubung tidak ada banyak waktu persiapan, maka rencana saya awalnya adalah cari tiket bus malam dari Makassar ke Toraja. Sesampai di sana cari gojek atau rental mobil seharian. Hasil penelusuran singkat menunjukkan adanya portal easybook.com yang menyediakan informasi berbagai bus Toraja-Makasar.

IMG_2985
Dalam bus Borlindo Makassar-Toraja

Selain via online, di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, Tamalanrea atau dekat Universitas Hasanudin ada banyak pool bus besar arah Toraja. Saya datang langsung menuju pos bus Borlindo. Harga tiket nya sekali jalan antara Rp 150.000 – Rp 200.000. Busnya bagus-bagus, merk Volvo, Mercy atau Scania. Ada yang biasa ada yang double decker. Beberapa bus bahkan menyediakan tempat duduk jenis sleeper bus yang bisa dibentangkan sehingga dapat tidur dengan nyaman. Lama perjalanan dari Makassar menuju Toraja ini mencapai 8-10 jam.

Saya sengaja memilih jadwal bus terakhir yang berangkat pukul 21:00. Dalam bayangan saya, kalau tiba di Toraja dalam 8-10 jam, setidaknya hari sudah terang dan saya bisa cari ojek atau car rental dengan lebih mudah. Sambil menunggu keberangkatan bus, saya iseng googling “sewa mobil Toraja” dan ternyata ada banyak paket yang menawarkan jasa. Kisaran harganya antara Rp 500.000 – Rp 750.000 sehari, tergantung tujuan yang dikunjungi. Sampai di sini saya sudah sangat tenang, bahkah excited untuk mengunjungi Toraja!

Untung tidak ada yang tahu, sambil sibuk menelpon beberapa nomor mobil rental, seorang Ibu yang juga menunggu bus menuju Toraja di depan saya mengajak bicara. Pintanya, anak laki-lakinya seumuran dengan saya. Dan ia biasa mengantar orang berkeliling Toraja. Urusan harga bisa dihitung sama dengan apa yang saya dapatkan di situs pencarian. Maka tawaran itu saya iyakan. Usai sudah menelepon membanding-bandingkan harga mobil sewaan. Dalam bayangan saya, justru sangat bahagia kalau bisa sekalian live-in. Ikut merasakan keseharian keluarga di Toraja.

Bus melaju kencang, saya tidur dengan tenang. Kepada kondektur sudah disampaikan bahwa kami akan berhenti di Tetebasi (jembatan besi) setelah melewati Ibu Kota Kabupaten Tana Toraja di Makale.

Sesuai prediksi, bus tiba di lokasi pukul 04:30 pagi.   Kami dijemput oleh anak sulung Ibu Febri Leto yang bernama Evant Imanuel Bokko menuju rumahnya di Jalan Poros Sangala, Desa Mandetek, Tana Toraja. Sesampai di rumah saya jadi bisa cuci muka, charge HP, dan sarapan seadanya dengan teh hangat dan roti yang sediakan Ibu Febri.

Sejam kemudian, menjelang pukul 06:00 kami berangkat menuju “Negeri di Atas Awan” yang terletak di daerah Lolai, Toraja Utara. Perjalanan kami hanya memakan waktu sekitar 40 menit. Setelah melewati jalanan meliuk menuju puncak, kami tiba di suatu tempat wisata yang diberi nama To’Tombi. Tempat ini seperti berada di atas tebing yang tinggi dengan lembah luas di bawahnya memperlihatkan rumah-rumah dan panorama yang indah. Pengelola To’Tombi menyediakan tempat menginap baik dalam rumah adat Tongkonan atau dalam tenda-tenda. Kalau hanya mampir, dengan tiket seharga Rp 15.000, pengunjung dapat menikmati gumpalan-gumpalan awan yang bergerak naik memenuhi lembah yang membuat To’Tombi menjadi negeri di atas awan.

IMG_2989
Negeri di Atas Awan di To’Tombi, Lolai

Puas berdiam di To’Tombi kami melanjutkan perjalanan ke Desa Kete Kesu yang hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit dari Lolai. Suasana masih sepi, tapi kantuk tak bias ditahan lagi. Maka kami berhenti dulu sejenak menikmati kopi Toraja di ujung desa yang terkenal dengan jajaran rumah adat Tongkonan lengkap dengan lumbung-lumbung yang dikenal dengan istilah “Alang”. Di Kete Kesu yang menjadi lokasi latar video pesan keselamatan Garuda Indonesia tersebut, kita bisa melihat area pemakaman keluarga di tebing samping desa. Di bawah tebing terdapat rumah-rumah yang disebut Patane, yang juga digunakan untuk menyimpan jenasah. Di depan Patane atau di beberapa liang tebing, ada patung-patung yang disebut Tau-Tau. Patung ini merupakan penghormatan bagi orang-orang tertentu yang dianggap berpengaruh pada saat hidupnya.

IMG_3019
Situs makam Londa

Matahari mulai meninggi, dari Kete Kesu kami melanjutkan perjalanan menuju Londa, di daerah Rantepao. Londa adalah situs pemakaman yang terletak di gua batu. Di dalam gua Londa ada banyak tengkorak yang tergelak begitu saja, atau berada dalam peti-peti jenasah. Peti jenasah jaman dahulu disebut erong, terbuat dari kayu berukir dengan hiasan yang indah. Kabarnya, pada jaman dahulu satu erong digunakan untuk beberapa jenasah dalam satu keluarga. Peti-peti jenasah baru atau erong yang lebih tua ada yang diletakkan di dalam gua, digantung di dinding tebing atau bahkan di bawa ke atas tebing, tergantung kedudukan dan strata sosial nya sebelum tiada.

Di lokasi ini tidak ada bau yang menyengat karena pada dasarnya jenasah-jenasah yang dibawa ke Londa sudah melewati berbagai upacara. Termasuk pengawetan hingga mengadakan upacara mapasilaga tedong dengan memotong minimal 24 kerbau.  Biaya masuk komplek pemakaman Londa ini hanya Rp 15.000. Namun, untuk masuk goa harus disampingi warga sekitar dengan penerangan seharga Rp 50.000, dan jasa pemandu seikhlasnya.

Dari Londa, awalnya kami ingin kembali ke Makale. Tetapi di tengah jalan, tidak lupa mengisi perut di pasar Rantepao. Warung-warung di Rantepao banyak menjajakan makanan lokal seperti Pa’piong, Pa’karing atau Dangkot daging ayam, kerbau atau babi. Bagi warga Muslim yang mencari makanan halal, ada warung Coto Makassar atau mie bakso sapi juga.

Tujuan kami selanjutnya adalah pemakaman Lemo. Di sini, baik jenasah maupun Tau-Tau diletakkan di tebing batu yang dipahat. Suasana sangat sepi di Lemo karena tidak banyak pengunjung yang datang. Suara angin dan tingginya tebing yang di pahat justru menghadirkan kesan megah, mistis dan juga sakral. Harga tiket di Lemo paling murah. Cukup Rp 10.000 kita bisa berdiam sepuasnya.

IMG_3029
Situs makam Lemo

Sebenarnya ada lagi satu destinasi di Bori yang menghadirkan peninggalan megalitikum yang disebut Menhir. Megingat waktu, maka kami memutuskan untuk pulang ke Makale beristirahat sambil menunggu redup sore hari. Sebelum kembali ke Makassar dengan bus pukul 20:00, ada kompleks Patung Yesus di Bukit Buntu Burake yang bisa dikunjungi, berbelanja kopi atau oleh-oleh khas Toraja di Makale.

IMG_3050
Patung Yesus setinggi 40m di Buntu Burake, Makale

Tiket masuk menuju Buntu Burake seharga Rp 15.000. Dari tempat parkir pengunjung bisa berjalan menaiki tangga hingga pintu masuk yang dindingnya berhias cerita jalan salib. Di area patung Yesus setinggi 40m ini, terdapat jembatan kaca yang apabila berjalan diatasnya akan nampak tebing curam di bawahnya. Biaya berkeliling jembatan kaca ini adalah Rp 50.000.

Selesai jalan-jalan seharian, tiba saatnya kembali ke keluarga Ibu Febri. Di sana saya bisa menumpang mandi sambil makan malam dan berbincang sebentar menunggu jadwal keberangkatan bus di Tetebasi. Perjalanan ini walaupun singkat menjadi berarti, karena di Toraja saya menemukan keluarga.

IMG_3070
Keluarga baru saya di Toraja

One thought on “Trip Toraja Terbaik dalam Sehari

  1. Jarak Rantepao ke Bori ngga sampe 40 km. Kalau 4 atau 5 km baru masuk akal. Dari Bori bisa lanjut ke Batutumonga (kurang lebih 30 menit naik kendaraan). Di sana pemandanganya lebih bagus dari Lolai.. hehee..

    Salam…

Leave a comment